Setelah suatu pemilihan pemimpin di kampus saya, hanya satu kata yang saya pikirkan sejak saat itu, yaitu "kekecewaan". Kenapa sih kekecewaan? Karena pemilihan ini tidak murni, dan terlalu subjektif. Saya hanya menulis di blog saya ini untuk catatan sejarah di kehidupan saya, bukan untuk diumbar-umbarkan ke publik. Bila Anda tidak ingin meneruskan membaca, silahkan tutup page ini.
Setelah diskusi panas yang cukup mengasyikkan (sebenarnya), akhirnya saya menentukan pilihan saya. Saya ingin berjuang untuk meningkatkan kekeluargaan dan membanggakan angkatan saya dengan terwujudnya acara super besar yang memang sudah tradisi dilaksanakan oleh angkatan tingkat III di setiap tahunnya. Sebenarnya acara ini merupakanlah acara fakultas yang dititipkan ke angkatan tingkat III sebagai kordinator dan pelaksananya, tentunya juga dengan bantuan junior-junior kami.
Pilihan yang saya buat, bukanlah berdasarkan suku, ras, dan agama, tetapi berdasarkan misi, visi, dan konsep acara yang telah dibuat oleh kandidat ketua. Toh kita semua hidup di Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia. Mempunyai ideologi Pancasila (ingat pasal 1 dan 3) yang sama-sama kita ketahui bersama. Maaf bukan saya mau
menyenggol sosial, hanya saja saya dididik di lingkungan
sosial. Ketika beberapa orang terakhir menyuarakan pendapatnya, saya melihat ada sesuatu yang ganjil. Perasaan saya menyatakan bakal ada suatu hal yang buruk yang akan terjadi.
Ketika teman yang duduk beberapa kursi dari saya mengatakan dirinya kesal sekali akan suatu pesan yang menurut saya itu, ILEGAL, dan saya bisa bilang "
what the hell?!" Mulai saya naik pitam dan rasa kekecewaan yang sangat amat mendalam itu melanda pikiran dan hati nurani saya. Saya merasa sesuatu yang besar yang selama ini saya banggakan dimain-mainkan. Saya gatau, pada saat itu ruangan memang menjadi panas akibat pendapat-pendapat yang semakin lama semakin membara atau memang saya yang lagi marah. (hahaha)
Keputusan pemilihan itu, memang baik seadanya karena melihat kondisi seperti yang terjadi di RK Anatomi. Saya sih
fine-fine aja siapapun pemimpinnya, karena apa? Karena dua-duanya cukup bagus, dan saya sangat bangga dengan teman-teman saya itu yang BERANI mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin. Saya yakin siapapun pemimpinnya, dia pasti bisa membawa kekeluargaan dan profesionalisme di angkatan saya. Demi menghindari perpecahan, saya cukup bersyukur walaupun kekecewaan dalam proses pemilihan itu sudah menggores hati saya.
Namun, malam berlanjut, pagi pun tiba. Mendengar kabar-kabar yang bodoh dan tidak mengenakkan membuat saya, "Gue tidak pernah diajarkan seperti itu oleh kedua orang tua gue. Orang tua gue mengajarkan toleransi yg tinggi, saling mendukung, dan jangan pernah menusuk orang-orang disekitarmu dengan sesuatu yang sudah kamu jalani selama ini. Jangan harap semua orang mengerti maksud kamu, jangan harap semua orang mau mengikuti jalan kamu." Kalo semua orang begitu, DUNIA INI AKAN STATIS, ga ada perbedaan budaya, agama, nasionalisme, ras, warna kulit, dll akan membuat dunia ini BASI! ga ada tempat untuk belajar. (Nulis ini aja cukup emosi kakaaa -_-)
2011 yang gue sayangi, taukah beberapa orang seperti membuatku ditelanjangi, malunya bukan main. Sedih. Kecewa. Pengen nangis #inibeneran. Saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang merasa tersinggung, dan saya memang menyatakan dan frontal (kata "frontal" memang lagi
hot trend, baca: buka-bukaan) aja, pihak saya memang salah.
I'm bowing for apologize cuz I love you all, all, all. Kita semua pasti bisa maju bersama. (: